Beberapa waktu lalu saya sempat harus bedrest, ngemil obat dan cuma makan bubur lebih dari satu minggu karena kena infeksi kelenjar tonsil, atau sering dikenal juga dengan radang amandel. Dokter bilang sudah cukup parah, walaupun belum perlu sampe operasi. Balik kronologis seminggu sebelum sakit, mengingat apa saja yang saya makan. Susah, karena ternyata 2-3 hari kita udah lupa kemaren makan apa aja. Yang saya ingat cuma hari Jumat saya makan penyetan pedes pinggir jalan, sebelum hari sabtunya kemudian demam, leher bengkak, suara ilang dan sakit banget buat nelan. Hih, dokter bilang ini karena makan sembarangan dan jelas tidak bersih, jauh dari sehat. Kerja di Jakarta dengan setumpuk kesibukan dan deadline yang tak berujung, membuat kita para pekerja ini sering lalai dan tidak mikirin apa yang kita makan. Asal gampang dan kenyang aja dah. Enak mah nomer 2, apalagi sehat….gak kepikiraaan. Ini jelas kebiasan yang buruk. Klo udah sampe sakit, toh malah...
Walaupun berdomisili di Jogjakarta, saya sering bolak-balik ke Jakarta karena emang kantor pusat Kulina ada di Jakarta. Berkantor di area SCBD, kawasan bisnis yang cukup padat dan banyak kantor besar di highrise building ada disana. Area segitiga emas kalo orang bilang. Pun kebanyakan pelanggan Kulina ada wiliayah tersebut. Bukan karena kebetulan target customer Kulina adalah di high rise building, tetapi justru Kulina ada karena merespon problem disana. Walaupun cukup bergengsi punya kantor di wilayah bisnis yang keren, tapi banyak masalah juga terjadi pada para pekerjanya. Salah satunya adalah tidak semua karyawan yang berkantor di area ini punya pendapatan yang cukup tinggi. Tapi mereka berada di lingkungan kerja yang mahal , bisa jadi tuntutan gaya hidup yang wow , ataupun pergaulan sosial yang berbiaya tinggi . Gimana bisa cukup nih gaji utk sebulan! Fix cost bulanan yang susah untuk dikurangi adalah bayar tagihan kartu kredit, pulsa, biaya transport harian, u...